Kangen itu bukan kata kerja, tetapi ia akan dengan sendirinya berubah menjadi kata kerja saat seseorang itu berada dikejauhan. Karena, ia akan mulai bekerja dikala seseorang itu sedang berada dikejauhan.
Aku rindu dengan laki-laki tua berkaos putih yang duduk disebelahku ini, beliau ketika kembali pulang dari Masjidil Harrom ke hotel sebagai tempat pemondokan kami, selalu lupa dengan lantai dan kamar berapa tempatnya menginap.
Aku pun masih ingat saat kami baru mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi setelah menempuh perjalanan hampir 10 jam dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta, bapak tua ini pun sempat terpisah dari rombongan hanya lantaran beliau kebelet mau pipis.
"Nak Prie, bapak pengen pipis, sudah kebelet dari tadi."
Setelah bertanya kepada petugas bandara, aku kemudian mengantar bapak tua itu ke toilet. Karena tengah menunggu antrian di Terminal Imigrasi Bandara King Abdul Aziz Jeddah untuk pemeriksaan tas, koper, visa, passport dan lain-lain, aku tidak menunggui bapak tua itu, aku bergegas kembali menuju antrian dengan berpesan kepada beliau agar nanti kalau sudah selesai segera untuk bergabung kembali dengan rombongan.
"Pak, nanti lewatnya jalan ini ya, trus didepan dekat petugas yang berdiri itu bapak belok kanan dan lurus aja," kataku memberi petunjuk.
"Iyo nak prie," jawab bapak tua itu.
Namun sampai pemeriksaan selesai, bapak tua itu belum juga kembali. Duuuh, gumamku dalam hati, pasti deh beliau kesasar.
Tak lama terdengar suara dari pengeras suara dalam bahasa arab mengatakan bila ada yang kehilangan jama'ah untuk segera dapat menghubungi bagian informasi.
Karena sedang disibukkan dengan urusan lain pasca pemeriksaan, kemudian aku meminta teman seperjalananku untuk menjemput beliau dibagian informasi.
"Pak, tadi kan sudah aku kasih petunjuk jalannya, bapak kok bisa nyasar?" tanyaku kepada beliau.
"Nak, bapak sudah ikuti petunjuk tadi, tapi untuk belok ke kanannya itu yang bapak bingung dimana, karena petugas yang nak prie bilang tadi sudah gak ada berdiri disitu," jawab bapak tua itu.
Oooalaa, kataku dalam hati, rupanya petugas bandara itu pindah dari tempatnya semula ia berdiri, sehingga membuat bapak itu kehilangan maps nya.
Melakukan perjalanan jauh menaiki pesawat terbang dari bandara Soekarno Hatta Jakarta Indonesia menuju bandara King Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi ini memang baru pertama kali dilakukan oleh bapak tua itu dalam rangka ibadah umroh. Dapat dipastikan ini merupakan perjalanan yang melelahkan untuk beliau, apalagi usianya sudah tergolong sepuh, mulai dari take off sampai landing. Dan tidak hanya itu, datang ke bandara pun telah harus beberapa jam sebelumnya.
*****
Bahkan pernah sekali waktu beliau nyasar ke Maktab nya orang-orang Turki. Selaku ketua regu, ini sudah menjadi tugasku untuk mencari beliau.
Berbekal dari informasi jama'ah lain yang memberitahu kalau ada jama'ah Indonesia yang berada di pemondokannya jama'ah Turki. Kemudian aku bergegas kesana, dan alhamdulillah menemukan beliau sedang asyik dan lahab menyantap Kebab Turki.
"Ojo nesu yo nak, kita kan lagi ibadah, dan usaha nak Prie mencari bapak ini juga termasuk tambahan ibadah lhooo...," kata bapak itu sambil mengunyah Kebab.
Benar, aku memang tidak marah, hanya menjawab: "Tapi pak, besok-besok lagi kalo mau ngasih saya tambahan ibadah jangan nyuruh saya jalan sampe 4 kilometer lebih seperti ini nyariin bapak," jawabku.
Bapak itu memandangku kaget. "Lhoo nak Prie kok bisa sampe jalan sejauh itu, kan pemondokan kita gak sejauh itu, bapak cuma bingung arah jalan pulangnya aja," kata bapak itu tanpa sedikitpun merasa bersalah.
"Karena aku tadi akhirnya ikut nyasar juga pak, sampe muter-muter kesana sini nyariin bapak," jawabku sambil menggandeng bapak tua itu menuju halte khusus untuk jama'ah.
Sambil menunggu datangnya bus umum yang disediakan gratis oleh pemerintah arab saudi, bapak itu berkata seakan ingin menjelaskan bahwa kesasar itu bukan mutlak menjadi salahnya. "Nak Prie yang masih muda aja bisa kesasar jalan, apalagi bapak," katanya sambil menelan kunyahan terakhir kebabnya diiringi meminum air kemasan.
"Laaah, kok malah jadi saya yang disalahin ini!" kataku dalam hati sambil membantu bapak itu menaiki bus. [Prie]
*****
Sing sabar jeneng ne wong tuo mesti sabar² hahahahaha
BalasHapusPodo karo sopo kuwi π
Hapus
Hapustambah sabarrr....
Terimakasih sudah berkunjung ke Blog untuk membaca π
HapusAda juga yang cerita bila disana, InsyaAllah haji mabrur
BalasHapusAamiin.. π€²
HapusCoba agak jauh lg kesasarnya...pasti tmbh buanyak lg amal yg di dpt...asal ikhlas melakukan nya...π€π
BalasHapusHahaha...
HapusSyukron sudah mengunjungi blog dan membaca π
Posting Komentar