𝔹𝕒𝕝𝕒𝕕𝕒 ℙ𝕖𝕕𝕒𝕘𝕒𝕟𝕘 𝕊𝕒𝕪𝕦𝕣 𝕕𝕒𝕟 ℙ𝕖𝕟𝕒𝕞𝕓𝕒𝕝 𝔹𝕒𝕟

Ilustrasi Pedagang Sayur Keliling (Sumber foto: BeritaCenter).

Waktu syuruq baru mulai masuk, waktu dimana matahari baru memancarkan cahaya awalnya diufuk timur, sebagai penanda akhir waktu subuh dan awal masuknya waktu dhuha, namun Amir dengan dibantu sang istri telah selesai menyiapkan perlengkapan dagangannya yang ia kemas diatas sepeda motor miliknya sejak ia selesai melaksanakan salat subuh tadi, dan siap untuk menjemput rezekinya hari ini.

Pekerjaan ini telah Amir tekuni selama belasan tahun, sejak dirinya masih lajang sampai kini telah memiliki dua orang anak. Amir berkeliling dari satu komplek perumahan ke komplek perumahan lainnya.

Pada salah satu rumah dikomplek sebuah perumahan itupun Amir berjumpa dengan seorang gadis asisten rumah tangga bernama Rusmini, yang menjadi pelanggan tetapnya, dan kini menjadi istrinya.

Kala itu, Rusmini sering mengirimi beberapa pesan sayuran untuk dibawakan oleh Amir melalui pesan WhatsApp atas permintaan majikannya.

"Kang, nanti kalo masuk bawain bahan untuk sayur asam, tempe, ikan nila yaaah...," demikian pesan WA yang kerap Rusmini kirim kepada Amir.

"Siap neng," balas Amir

"Cabe nya gak pesan sekalian neng?"

"Oo iya kang, cabe juga, lupa aku," balas Rukmini diiringi tiga emoji senyuman.

Pedagang sayur keliling seperti Amir menjadi bagian pendukung kehidupan masyarakat perkotaan. Merekalah yang sehari-hari memasok sayur dan lauk pauk untuk rumah tangga di perkotaan. Di tengah pandemi covid19 tahun lalu Amir sempat mengalami kesulitan untuk sekedar membuat periuk nasi nya mengebul. Keliling komplek dibatasi oleh beberapa peraturan yang diterapkan oleh Pemerintah demi menekan penularan wabah.

Amir kerap hanya termangu di samping sepeda motornya yang penuh berisi sayur, aneka bumbu dan lauk-pauk basah. Kadang, sudah dua jam lebih mangkal, tapi hanya dua pembeli yang menyambangi dagangannya.

Ilustrasi Penambal Sayur di Komplek Perumahan (Sumber foto: Kompasiana)

Dalam keadaan serba sulit saat itu, untung sang istri dapat menyokong meringankan beban Amir dengan menjadi buruh setrika baju. Itu pun tidak setiap hari, hanya apabila ada tetangga yang membutuhkan saja.

Keadaan kini telah mulai berjalan normal, Amir telah bebas memasuki komplek-komplek perumahan untuk menjajakan dagangan sayurnya. Kadang dagangannya pun kerap habis terjual lebih awal, apa lagi kalau banyak pesanan dari para pelanggan.

Pukul 12 siang atau hampir memasuki waktu dzuhur Amir biasanya telah kembali kerumah. Kemudian bergegas mandi dan bersiap ke musholla didekat tempat tinggalnya untuk melaksanakan sholat dzuhur.

Amir terbilang orang yang taat melaksanakan perintah agamanya, pun tak jarang ia menjadi imam sholat terutama pada waktu maghrib dan isya. Bahkan di waktu subuh kerap pula sekaligus menjadi muadzin mengumandangkan adzan subuh.

Pada waktu tertentu, Amir pun sering diminta oleh warga kampung tempat tinggalnya untuk memimpin bacaan surah Yaasin atau pembacaan lafadz Tahlil pada peringatan haul, selamatan perkawinan (walimah), juga selamatan aqiqahan.

*****

Telah sepekan ini Amir tidak bisa melakukan aktifitasnya berdagang sayuran. Asam urat yang di idap nya kambuh, terasa sakit yang sangat pada bagian pinggang apabila ia berjongkok atau melakukan aktifitas lainnya. Sholat pun Amir lakukan dengan duduk menggunakan bantuan kursi.

Aktifitas berdagang sayur digantikan oleh sang istri, namun karena Rusmini tidak bisa mengendarai motor, terpaksa Rusmini dagang jalan keliling dengan menggendong bakul. Walau tidak bisa menjangkau jauh, terlebih mendatangi para pelanggan suaminya, namun hasilnya bisa digunakan untuk menyambung keperluan sehari-hari termasuk untuk beli obat suaminya.

Sebelum membawa keliling dagangannya, Rusmini menggelar dagangannya di sebuah pasar tempel pada trotoar pinggir jalan bergabung dengan pedagang sayur lainnya. 

Setelah matahari terbit, ia kemudian menggendong bakul berisi sayur-sayuran ke permukiman warga. Jika barang dagangannya belum habis, Rusmini akan menitipkan sayur mayur tersebut ke warung yang memiliki lemari es untuk dijual kembali esok.

*****

"Neng, nyeri punggung dan pinggangku sudah hilang, besok aku akan mulai berdagang. Nanti jam 3 malam seperti biasa kita ke pasar Sentral untuk 𝑘𝑢𝑙𝑎𝑘'𝑎𝑛 dagangan," kata Amir kepada istrinya setelah mereka selesai melaksanakan sholat isya.

"Tapi kang, uang kita tak cukup untuk modal 𝑘𝑢𝑙𝑎𝑘'𝑎𝑛 dagangan," kata Rusmini

"Inipun sisa hanya beberapa puluh ribu untuk keperluan hari ini."

"Untuk beli minyak motor seliter besok ada kan?" tanya Amir. Karena motor yang akan digunakan oleh Amir untuk berdagang besok memang harus diisi minyak.

Rusmini mengangguk, "Ada kang."

"Ya sudah, nanti kita ambil dulu dagangan sama juragan Somad, kita bayar setelah pulang dagang. InsyaAllah juragan percaya sama kita," kata Amir memberi solusi kepada istrinya.

"Aamiin...," jawab Rusmini sambil mengusap kedua telapak tangannya ke wajah.

Selesai melaksanakan sholat subuh, seperti biasa Amir dengan dibantu istrinya mempersiapkan keperluan dagangannya. Setelah dirasa cukup, dan setelah Amir menghabiskan sarapan supermie yang disiapkan oleh Rusmini, Amir pun berpamitan kepada istrinya.

"Hati-hati kang. Bismillaah," kata Rusmini sambil memandangi kepergian Amir.

*****

Baru saja Amir keluar dari mulut gang rumahnya, terdengar teriakan keras dari sebuah rumah diujung jalan, "Sayuuuuur...!"

"Alhamdulillaaah...," gumam Amir dalam hati sambil menghentikan motornya dan memutar balik arah menuju sumber panggilan tadi.

Ibu itu kemudian membeli daging, ikan, dan aneka sayur, bumbu yang dibawa oleh Amir.

"Belum ada yang memesan semua ini kan kang?" tanya Ibu itu kepada Amir.

"Belum bu, saya juga baru mulai berdagang lagi hari ini setelah beberapa hari kemarin sakit, jadi belum ada pelanggan yang memesan," jawab Amir.

"Mau ada acara ya bu," tanya Amir, karena melihat ibu itu cukup banyak membeli dagangan Amir.

"Arisan kecil-kecilan kang, kebeneran saya yang dapet dan ketempatan," jawab ibu itu sambil menyodorkan uang 350 ribu kepada Amir sesuai hitungan nilai belanjanya.

Dengan mengipas-ngipaskan uang pembayaran dari ibu tadi kedagangannya, Amir berucap: "Lariiis... Lariiis...!".

Amir melanjutkan perjalanan menuju komplek perumahan tempat ia biasa mangkal dan menjajakan sayur. Namun tiba-tiba ia merasakan ada keadaan yang tak normal dari sepeda motor yang ia kendarai, limbung dan berat.

"Astaga, ban motor ini kempes," gumam Amir. Lalu ia standarkan motor dan turun memeriksa.

"Dimana tambal ban yaa," Amir bertanya sendiri. "Ooh yaa... Setelah tikungan jalan depan itu ada, mudah-mudahan sudah buka."

Lalu Amir mendorong sepeda motornya, namun karena dagangannya masih banyak ditambah beban rak dari kayu sebagai tempat menyusun sayurannya membuat kendaraannya terasa berat untuk didorong.

Amir kemudian menyalakan motornya, dengan bantuan tarikan mesin yang nyala akan lebih meringankan, pikir Amir, meski ia sendiri harus berjalan menuntun motor tersebut demi untuk menghindari kerusakan yang lebih parah akibat kempesnya ban dalam.

Setelah mendorong motornya hampir sejauh satu kilometer, sampailah Amir pada bengkel tambal ban di ujung tikungan jalan, namun Amir tidak bisa memastikan apakah bengkel tambal ban ini sudah buka atau belum.

Tak ada tanda-tanda, pintu bengkel itu masih tutup, bahkan mesin compressor angin penambal ban itu masih terikat dan berbalut pelindung terpal plastik.

Berkali-kali Amir mengucapkan salam dan memanggil pemilik bengkel sambil mengetuk pintu. Tak ada jawaban. Apakah masih belum bangun tidur? gumam Amir dalam hati.

"Assalamu'alaikum, permisiiii...!", Amir sekali lagi mengulangi salamnya.

"Wa'alaikumsalaam...!" terdengar suara wanita dari arah belakang bengkel memberi jawaban.

"Iya kang, ada yang bisa dibantu?" tanya wanita itu.

"Ban motor saya kempes mbak, gak tau ini apa cuma kempes atau bocor," jawab Amir.

"Sebentar ya kang, nanti saya liat, saya taruh cucian ini sebentar," jawab wanita itu sambil berjalan kearah samping bengkel.

Nanti saya liat? Apakah wanita ini si penambal ban nya, pikir Amir.

Tak lama wanita itu muncul, lalu mengeluarkan kotak peralatan dari dalam bengkelnya.

"Minta tolong di standar dua kang motornya, saya gak kuat narik, ada rak ini," kata wanita itu meminta kepada Amir sambil menunjuk rak kayu tempat Amir meletakkan sayur dagangannya.

"Mbak ya yang menambal?" tanya Amir hampir tak percaya.

Wanita itu hanya mengangguk karena tengah sibuk menghidupkan compressor kecil miliknya.

Ilustrasi Penambal Ban Wanita (Sumber foto: Toko pedia)

"Sudah tiga hari saya gak buka tambalan kang, jadi compressor ini kosong anginnya."

Wanita itu dengan sigap mulai membuka ban motor Amir, mengisinya dengan angin, lalu memasukkan kedalam baskom air untuk mengecek dan mengetahui letak bocornya.

"Bocor kang," kata wanita itu sambil menunjukkan gelembung udara yang keluar dari baskom air.

Baru saja hendak memulai melakukan penambalan, tiba-tiba: "Emaaaak.....!" terdengar jeritan anak kecil dari dalam bengkel, "Adek muntah-muntah lagi."

"Ya Allaah, anakku...!" jerit wanita itu yang langsung menghentikan pekerjaannya dengan serta merta berhambur lari kedalam bengkel.

Terdengar suara tangis wanita itu dari dalam bengkel, Amir hanya diam karena tak tau apa yang sedang terjadi. Tak lama terlihat dengan penuh kepanikan wanita itu keluar sambil menggendong anaknya.

"Maap kang, saya harus segera bawa anak saya berobat, sudah empat hari ini berak-berak aja, sekarang badannya sangat panas," kata wanita itu.

Amir hanya diam, bagaimana ini, jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat, aku pasti akan kesiangan mendatangi komplek, sementara penambal ban berikutnya sangat jauh.

Wanita itu tiba-tiba berbalik menghampiri Amir dengan sebelumnya telah men-stop angkot yang akan membawanya ketempat berobat.

"Kang maap, boleh saya meminjam duit 15 ribu untuk ongkos ketempat berobat, nanti bayarannya dengan saya menambal motornya akang, sudah tiga hari saya gak buka tambalan karena anak saya sakit," kata wanita itu memelas disela tangisnya.

Tanpa berkata apa-apa Amir langsung memberikan uang yang diminta wanita itu, dan wanita penambal itu langsung bergegas menuju angkot yang telah menunggunya.

"Tungguuu....!" kata Amir. Wanita itu berhenti dan menoleh kearah Amir.

Amir menghampiri, dan berucap: "Mbak mau bawa anak mbak berobat kan? Tadi untuk ongkos mbak gak punya, lalu gimana untuk biaya berobat anak mbak nanti?"

"Gak tau kang, pokoknya saya harus periksain dulu anak saya," kata wanita itu panik sambil naik ke atas angkot.

"Tunggu mbak!" pinta Amir lagi.

"Pakai uang ini, jangan pikirkan gimana cara ngembaliinnya, segera periksain dan cariin obat untuk anak mbak," kata Amir sambil memberikan uang sebanyak 200 ribu hasil penglaris dagangannya tadi pagi.

"Tolong mas supir, jangan ambil penumpang lain dulu, langsung antar mbak ini dan anaknya ketempat berobat. Dan mbak izinin saya untuk menambal sendiri ban motor saya gunakan peralatan tambal ban mbak," kata Amir yang karena paniknya wanita itu hanya menyambut dengan anggukan kepala.

*****

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10 saat Amir selesai menambal sendiri ban motornya. Tanpa menunggu wanita itu kembali, setelah meringkasi peralatan tambal ban ketempatnya, kemudian Amir bergegas untuk melanjutkan menjajakan dagangan sayurannya.

Rezeki tidak akan pernah tertukar. Rezeki akan datang kepada mereka yang memang berhak menerimanya. Bagaimana pun usaha yang dilakukan jika memang rezeki tersebut ditakdirkan untuk seseorang, maka orang itu akan mendapatkan rezekinya dari mana saja dan kapan saja. Sama halnya dengan Amir, meski memasuki komplek perumahan telah menjelang siang karena hambatan ban motor nya, namun dagangan Amir habis terjual. Tak henti Amir mengucapkan rasa syukur.

Seperti biasa, sesampai dirumah Amir menyerahkan uang hasil dagangnya kepada sang istri. "Alhamdulillah neng, dagangan habis, dan kita bisa melunasi dagangan tadi sama juragan Somad," kata Amir sambil menyerahkan sejumlah uang kepada Rusmini.

"Tapi neng, uang ini berkurang 215 ribu, karena tadi ban motor akang pecah," lalu Amir menceritakan semua rentetan kejadian yang ia alami, sampai tak kuat hati melihat keadaan wanita penambal ban tersebut.

"Akang niatkan tadi sebagai sedekah," kata Amir mengakhiri cerita.

Rusmini hanya diam, namun matanya nampak berkaca, ia melangkah memasuki kamar, lalu keluar kembali sambil membawa sebuah amplop.

"Allah langsung membalas keikhlasan akang melalui seseorang," kata Rusmini sambil menyerahkan amplop yang nampak seperti berisi uang kepada Amir.

"Tadi seseorang kemari, neng gak kenal siapa, tapi sepertinya bukan orang kampung kita ini, orang itu cuma bilang, ini adalah hak kita, neng gak tau maksudnya, neng sempat ragu menerimanya, tapi orang itu segera meyakinkan neng dengan menyebut asma Allah. Waktu neng tanya namanya, orang itu bilang ada tertulis di amplop ini," kata Rusmini menjelaskan.

Amir kemudian membolak-balik amplop tersebut sebelum membukanya, hanya tertulis sebuah tulisan 𝘏𝘢𝘮𝘣𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, lalu Amir segera membukanya, sejumlah uang.

"Uang neng, jumlahnya 1,5 juta," kata Amir terharu. "Orang ini ber sedekah untuk kita, dengan keikhlasannya orang ini tak ingin diketahui."

Kemudian Amir mengangkat tangan berdo'a kepada Allah untuk si pemberi sedekah agar selalu diberikan kesehatan, rezeki yang melimpah, dan umur panjang yang barokah.

Kemudian Amir mengatakan kepada istrinya, bahwa Allah menjamin tidak akan berkurang harta seseorang apabila ia membelanjakannya di jalan Allah. Bahkan, harta yang disedekahkan akan diganti oleh sang Pemberi Rezeki dengan berlipat ganda, serta para malaikat dipenjuru langit akan mendoakan orang yang bersedekah agar Allah segera memberikan gantinya.

"Aamiin Yaa Mujibassaillin," ucap Rusmini sambil mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya.

Didalam Al Quran sesungguhnya Allah pun telah berpesan, kata Amir melanjutkan nasehatnya kepada Rusmini dengan mengutip ayat 10 dari QS. Al Munafiqun.

Yang artinya: "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

"Ayat ini neng menjelaskan mengapa orang yang sudah mati ingin hidup lagi, hanya untuk bersedekah." [Prie]

8 Komentar

  1. Sungguh, ini cerita mengesankan

    BalasHapus
  2. Subhanallah, sungguh mulia orang yg selalu bersedekah.

    BalasHapus
  3. Bagus banget ceritanya....indahnya bersedekah,bersedekah tak menunggu kaya

    BalasHapus
  4. Kisah Yang Indah , Seakan² memang Benar Terjadi 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah berkenan singgah di Blog untuk membaca 🙏

      Hapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama