β„•π•˜π•’π•›π•š π”»π•šπ•£π•š - 𝕸𝖆𝖍𝖆𝖇𝖇𝖆𝖍 -


Di pesantren kecil itu terdapat sebuah akuarium berisi ikan hias Arwana Super Red hadiah dari sahabat Kiai pesantren tersebut. Dinamakan arwana super red karena memiliki tubuh berwarna merah yang atraktif. Ikan ini berasal dari Sungai Kapuas dan Danau Sentarum di Kalimantan Barat yang memang merupakan habitatnya.


Akuarium itu diletakkan diluar rumah tepatnya diteras rumah Kiai, dengan alasan ikan arwana membutuhkan sinar matahari untuk mendukung kehidupannya. Sinar matahari ini juga sekaligus berguna untuk memunculkan warna pada ikan.


Keberadaan akuarium itu kemudian menjadi  hiburan sendiri bagi Kiai pesantren tersebut. Disela sengganggnya waktu beliau duduk berdzikir sambil memandangi ikan didalam akuarium tersebut.


Mustofa adalah salah seorang Santri di pesantren itu, ini adalah kali keempat dihari ini ia membersihkan dengan mengelap kaca dinding akuarium itu dan memberi makan ikan. Sang kiai memperhatikan sambil tersenyum. Hal seperti itu dilakukan Mustofa setiap hari sejak keberadaan akuarium itu.


Keesokan harinya ba'da Subuh sang Kiai memanggil dua orang santri lainnya bernama Muzakki dan Miftah.


"Kalian berdua mulai ba'da dhuha nanti sampai menjelang ashar awasi dan perhatikan apa yang dilakukan Mustofa terhadap akuarium arwana itu," kata sang Kiai memberi perintah.


Tanpa berani bertanya apa lagi membantah kedua santri itu menerima perintah yang diberikan oleh sang Kiai.


"Dan ingat, jangan melakukan apapun terhadap yang Mustofa lakukan, jangan juga memberitahunya. Amati dan catat saja, lalu ceritakan kepada saya ba'da shalat ashar nanti," pesan sang Kiai.


Ba'da shalat ashar seperti yang telah dipesankan oleh sang Kiai kemudian kedua santri tersebut menemui Kiai-nya.


"Zakki apa yang kamu lihat dan catat?" tanya Kiai kepada santri Muzakki.


Kemudian Muzakki mengatakan bahwa sejak mereka selesai melakukan shalat dhuha tadi sampai akan masuk waktu ashar ia melihat Mustofa mengelapi kaca akuarium tersebut sampai 3 kali.


Lalu sang Kiai menoleh kepada Miftah, dan bertanya: "Miftah apa yang kamu lihat dan catat tadi?".


Miftah mengatakan dengan membenarkan apa yang diceritakan oleh Muzakki, bahkan menurut hitungannya Mustofa mengelapi akuarium itu sampai 4 kali.


"Sambil mengelapi akuarium saya juga melihat Mustofa memberi makan ikan arwana itu Kiai," kata Miftah.


"Benar Kiai, saya juga melihatnya. Selesai mengelapi akuarium lalu Mustofa memberi makan ikan arwana itu dengan cacing dan jangkrik yang ia tangkap dari halaman belakang pesantren," ucap Muzakki menambahkan.


"Apakah kalian heran dengan yang dilakukan oleh Mustofa?" tanya sang Kiai.


"Benar Kiai, kami heran, kaca pada akuarium itu bersih dan belum terlihat berlumut, ikan itu juga menurut kami sedang tidak lapar karena sesaat sebelumnya Mustofa telah memberinya makan, namun sesaat kemudian Mustofa kembali memberinya makan," jawab Muzakki.


"Begitulah Nak gambaran jika Allah telah sayang kepada kalian, tanpa kalian memintanya Allah sudah memberi dan memenuhinya lebih dulu. Seperti Mustofa memperlakukan ikan itu," jelas sang Kiai kepada kedua santrinya tersebut.


*****


Kata cinta hampir bisa ditulis dan di ucapkan oleh setiap orang, tanpa kecuali. Itulah keajaiban dan kedahsyatan cinta. Tentunya, cinta yang dimaksud adalah kasih sayang Allah ‘azza wajalla yang diraih melalui multikreativitas atau amaliah nyata hambaNya.


Lalu apa yang harus dilakukan agar Allah mencintai kita? Mengutip dari umma.id -Muslim Community Application- antara lain:


1. Mentadabburi Al Quran dan Mengamalkannya


Untuk menapaki cinta kepada Allah adalah membaca Al Qur'an dengan khusyuk, disertai perenungan mendalam terhadap makna-makna yang terkandung di dalamnya dengan menghadirkan kesadarannya secara total bahwa kita sedang bermunajat kepada Allah. Inilah rahasia menuju cinta kepada Allah.


Setelah memahami makna-makna Al Qur'an, maka kita harus mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengajarkannya kepada orang lain. Hidup dengan mempraktikkan pedoman dalam Al Qur'an akan membuat hidup kita bermakna, karena selalu menapaki jalan kebajikan. Seperti yang telah diriwayatkan oleh Usman bin Affan bahwa Rasulullah bersabda “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya”.


Ilustrasi sedang membaca Al Qur'an (Sumber: Google.com)

2. Mendekatkan Diri kepada Allah dengan Amalan-amalan Sunnah


Ada dua golongan dari seorang hamba Allah yang beruntung. Pertama, yang mencintai Allah yaitu yang menjalankan amalan-amalan wajib. Kedua, yang dicintai Allah yaitu jika kita melakukan amalan-amalan sunnah setelah tuntas amalan wajib.


Golongan inilah yang disebut Ibnu Al Qayyim Al Jauziyah dengan “Kualitas diri yang sampai kepada kualitas yang dicintai Allah setingkat lebih tinggi setelah mencintai Allah”. Jika kita telah menuntaskan amalan wajib dan menambahnya dengan amalan sunnah maka kualitas diri kita meningkat menjadi “Yang dicintai Allah”.


Ilustrasi sholat sunnah malam (Sumber: Google.com)

3. Mengingat Allah di dalam Hati, Lisan, dan Tindakan Sehari-hari


Mengingat Allah adalah kesadaran diri akan Allah, baik hati, ucapan, maupun tindakan. Apabila kita mengingat Allah maka seorang hamba akan mendapatkan ampunan dan ridha-Nya. Allah berfirman “.....Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS Al-Ahzab: 35).


Jadi dengan mengingat Allah hidup menjadi lurus dan selaras dalam kebaikan. Mengingat Allah dalam hati, lisan, dan perbuatan adalah bekal untuk masuk surga dan menapaki tingkatan-tingkatan di dalamnya.


4. Cinta kepada Allah membawa Cinta Kepada Seluruh MakhlukNya


Ridha kepada Allah membawa diri kita pada ridha selainNya, maksudnya diri kita merasa ridha bahwa apa pun yang ada di alam semesta ini di bawah ketentuan Allah. Inilah ketentraman jiwa yang diperoleh dari keridhaan kepadaNya. Ketentraman inilah yang dimilki oleh orang yang beriman dengan ridha kepadaNya.


5. Merenungkan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah serta Berma’rifat terhadapNya


Hamba yang beriman adalah orang yang mengenal Allah melalui nama-namaNya, sifat-sifatNya. Kemudian dia membenarkan Allah dalam pergaulannya sehari-hari, ikhlas niat dan tujuannya, serta tidak berperilaku melainkan dengan budi pekerti yang luhur.


Hamba yang mengimani sifat-sifat Allah dan kesadaran diri akan kesempurnanNya adalah pembangkit bagi hati untuk cinta kepadaNya. Hati pasti akan selalu cinta kepada yang dikenalnya dan terus rindu untuk selalu bersamaNya.


Ilustasi asma-asma Allah (Sumber: Google.com)

6. Menyadari Kebaikan Allah dan Segala Kenikmatan dariNya


Sebagai hamba senantiasa diliputi oleh segala kebaikan dari Allah. Segala kenikmatan, kasih sayang, dan segala hak dapat memenuhi perasaannya. Tidak ada yang memberikan kenikmatan dan kebahagiaan di dunia ini kepada kita selain Allah. Semua yang ada di alam semesta ini, pasti semuanya dariNya. Dengan demikian, tidak ada yang layak untuk dicintai dengan segala ketulusan selain Allah.


7. Menyerahkan Diri Sepenuhnya Hanya kepada Allah


Maksud menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah adalah kekhusyukan hati, penyerahan diri sepenuhnya, kesadaran diri sangat butuh kepadaNya, dan menjaga etika menghamba kepadaNya. Semua definisi tersebut menunjukkan bahwa hati adalah sumber dari praktik khusyuk yang kemudian mendisiplinkan tubuh.


8. Bermunajat kepada Allah di Tengah Malam


Allah memberikan sanjungan bagi siapa saja yang lambungnya jauh dari tempat tidur untuk berdo'a dan bermunajat kepada Allah. Kita mendirikan shalat malam di mana shalat tersebut adalah seutama-utama shalat sunnah. Inilah praktik yang meningkatkan kualitas cinta kita kepada Allah. Kita bangun malam dan mendirikan shalat ketika orang-orang sedang terlelap tidur.


Ilustrasi bermunajat kepada Allah (Sumber: Google.com)

9. Bersahabat dengan Para Pecinta Allah


Disnilah Ibnu Al Qayyim menjadikan interaksi dengan para pecinta Allah sebagai keniscayaan menuju cinta kepada Allah. Rasulullah bersabda: “Allah berfirman, CintaKu menjadi keniscayaan bagi orang-orang yang mencintaiKu. Cintaku menjadi keniscayaan bagi orang-orang yang mengunjungiKu.” (Hr. Ahmad).


Ilustrasi berkumpul dengan orang-orang shaleh (Sumber: DMI-LU)

10. Menjauhi Segala Hal yang Dapat Melalaikan Hati


Jika kita ingin mencintai Allah, maka tidak ada pilihan bagi kita untuk senantiasa menjaga hati agar tetap bersih. Oleh karena itu mari menjaga hati dari segala sesuatu yang dapat melalaikan hati dengan senantiasa mengawasi dan membersihkan hati dari penyakit yang dapat membuatnya kotor.


Hati yang bersih adalah hati yang senantiasa menyadari bahwa Allah itu benar adanya, hari kiamat pasti kedatangannya, dan Allah pasti membangkitkan manusia dari kuburnya. Hati yang bersih adalah hati yang sehat. Sehatnya hati karena menaati perintah-perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Semoga kita termasuk hamba yang memiliki hati yang bersih.


*****


Semoga Allah SWT menjadikan kita makhluk yang berpredikat sebagai hamba yang taat kepadaNya dengan meng-ikuti uswah hasanah Rasulullah SAW. Semoga kita dapat menjadi hamba yang memiliki kedudukan yang mulia di hadapanNya. Baik kita sebagai Petani, Jurnalis, Karyawan, Pengusaha, Seniman, Budayawan, Pendidik, Terdidik, Masyarakat jelata, maupun sebagai Penguasa.


"Yaa Allah, kami memohon kepadaMu agar menuntun kami dapat senantiasa berada dalam jalan yang lurus, menyerahkan diri sepenuhnya kepadaMu, mengenalMu, dan mentauhidkanMu. Anugerahkanlah kepada kami cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu, dan cinta untuk meningkatkan kualitas diri yang dapat mengantarkan kami kepada cintaMu. Aamiin Yaa Mujibassailin. [Prie]


*****

6 Komentar

  1. Sangat setujuπŸ‘

    BalasHapus
  2. Trimakasih tausiahnya pak ustadz, sangat bermanfaat dan menambah semangat di dlm beribadah

    BalasHapus
  3. Semoga allah melindungi dan memberi kesehatan yg baik untuk pak prei dan keluarga amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama