Sekolah adalah tempat di mana anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak daripada sekadar di rumah. Selain belajar, lembaga pendidikan juga menjadi wadah bermain dan berteman dalam rangka menumbuhkan jiwa sosial anak.
Menjelaskan tentang perkara hidup kepada buah hati kadang ada hal-hal yang bisa menjadikan si orang tua gemas, kesal, bercampur menjadi satu. Itulah anak-anak, memang gampang-gampang sulit, emosi yang dimilikinya masih belum stabil. Namun sebagai orang tua harus sabar dan berwawasan luas ketika mensikapi si buah hati menolak untuk mulai sekolah.
Gak mau sekolah. Males. Capek. Umay mau maen aja. Begitu jawaban si Keriting ketika Mama nya berkata bahwa ia harus sudah mulai sekolah TK Nol Kecil pada tahun ajaran baru ini.
Sang Mama pun menjelaskan bahwa nanti disekolah ia akan bertemu dengan banyak teman-teman bermain sambil belajar, tapi si Keriting tetap bersikeras tidak mau sekolah.
"Mama sudah daftarin lhoo dek. Adek harus sekolah biar pinter kayak Abang," rayu Mamanya si Keriting dibalik keresahannya. Padahal minggu lalu si Keriting sudah menjawab mau.
"Liat tuh Abang, sekarang sudah pinter berhitung sama membaca," lanjut Mamanya seraya mencontohkan Abangnya.
"Adek kan katanya mau jadi dokter. Kalo adek mau jadi dokter, ya, adek harus sekolah dulu," sambung Mamanya si Keriting sambil mengelus-elus rambut keritingnya si Keriting yang tiduran dipangkuan Mamanya.
Dikira mendengarkan penjelasan Mamanya, namun malah terdengar dengkuran halus dari si Keriting sambil ngenyot jari telunjuknya, "Malah tidur lagi," ucap Mamanya si Keriting seraya merapih dan meletakkan posisi tidur semestinya.
Dikomplek perumahan tempat si Keriting tinggal, anak-anak yang sebaya umurnya dengan si Keriting banyak, mungkin ada tujuh atau delapan anak, rata-rata dari mereka sudah didaftarkan oleh orangtuanya untuk sekolah. Sebenarnya pun termasuk si Keriting.
Namun si Keriting tetap saja keukeuh tidak mau, padahal waktu untuk mulai masuk sekolah bagi murid baru tersisa beberapa hari lagi. Baju seragam belum dijahit, peralatan untuk sekolah termasuk sepatu belum di siapkan, Mamanya ragu untuk menyiapkan itu semua karena ketika si Keriting di rayu selalu jawabannya gak mau sekolah, dan apabila terus dipaksa merayu maka yang akan terjadi rengekan, menangis sambil berguling-guling.
Hingga pada suatu sore, sepulang bermain dari rumah temannya di komplek tiba-tiba si Keriting berseru kepada Mamanya, "Maah.. Umay sekarang mau sekolah!"
"Yeees, ini baru namanya anak pinter," timpal sang Mama sambil memeluk senang putrinya itu.
Kegirangan sang Mama bukan tanpa alasan, ia tahu betul dengan watak putrinya itu, saat si Keriting mengatakan Iya, maka itu pasti tidak berubah.
"Tunggu Papa pulang kerja nanti kita cari sepatu ama tas sekolah yaa," kata Mama si Keriting. "Sekarang kita mandi dulu," pinta Mamanya.
Seperti jamaknya anak-anak bila memiliki barang baru, akan selalu menyita perhatiannya. Mau tidur, bangun tidur, pulang bermain, sepatu baru dan tas untuk sekolahnya tidak lepas dari perhatiannya, menjadi barang yang selalu dibawa kemana-mana.
"Adek, tas nya gak usah dibawa, ini kan tas untuk adek sekolah besok, nanti keburu rusak lhoo," kata sang Mama melarang si Keriting. "Kita kan cuma mau kewarung depan situ aja," ucap sang Mama lagi yang hanya ingin kewarung komplek perumahan untuk membeli bumbu dapur.
Sesungguhnya si Keriting bukan takut untuk masuk sekolah, justru ia tergolong pada anak yang bisa dikatakan berani dan memiliki mental. Terbukti beberapa perlombaan yang kerap diadakan di komplek perumahannya dalam beberapa momen peringatan seperti lomba fashion anak, mewarnai gambar ia berani mengikuti, mengambil bagian dari kegiatan itu.
Si Keriting pun termasuk anak yang cerdas, kemampuan mengingatnya cukup bagus, beberapa gaya dan lagu di chanel YouTube Kids dengan mudah dapat ia hapal dan tiru. Tapi itu lah si Keriting Ratu Syaqila, ketika mood nya sedang tidak bersahabat, maka segala bentuk macam rayuan tak akan mampu melunakkannya.
Esok adalah hari pertama si Keriting mulai masuk sekolah. Mamanya sudah meminta si Keriting untuk tidur lebih awal agar besok tidak kesiangan bangun. Namun si Keriting terlihat sibuk sendiri dengan peralatan sekolah yang akan dibawanya besok, termasuk menjajal baju seragam sekolah barunya seperti saat ia beberapa waktu lalu akan mengikuti lomba fashion anak. Sibuk sendiri.
"Adeeeek.. itu sudah Mama seterika lhoo, kan tadi siang adek sudah cobain, nanti kusut lagi baju nya," ucap Mila, sang Mama.
Tapi bukan si Keriting sebutannya kalau kemudian akan serta merta menghentikan kehendaknya. Ia tetap pada niatnya, termasuk menjajal jilbab dan sepatu sekolahnya.
"Potoin mah!" ujar si Keriting setelah selesai mengenakan lengkap seragam sekolahnya untuk besok. "Mau May kirim ke Akung," lanjutnya lagi.
"Tapi udah itu dibuka yaa, trus adek bobok," jawab Mamanya, yang kemudian dijawab anggukan oleh si Keriting.
Mamanya kemudian mengambil HP lalu memfoto si Keriting dalam beberapa pose. "Liat Ma!" kata si Keriting sambil mengambil HP Mamanya.
"Kirim ke Akung Ma," pinta si Keriting
"Akung sudah bobok Nak, besok aja yaa," jawab Mamanya karena enggan mengirimkan foto tersebut demi dilihatnya baju serta jilbab si Keriting dalam foto tersebut berantakan.
Pukul 6 pagi si Keriting sudah bangun, bahkan pagi ini karena tak sabar menunggu Mama nya pulang dari warung mencari makanan untuk sarapan, ia mandi sendiri.
Sang Mama terkejut, "Adek mandi sendiri yaa?" tanya Mama nya. "Sabunan gak? Pasti gak gosok gigi juga kan? Ayo Mama bilasin lagi," lanjut Mama nya si Keriting sedikit agak kerepotan karena biasanya sang Suami ikut membantu untuk urusan mandiin anak-anak, namun kali ini tidak, karena sedang mendapat tugas piket malam dari institusi tempatnya bertugas.
Setelah membilasi mandi dan menggosok giginya si Keriting kemudian Mamanya melaburi tubuh si Keriting dengan sejenis minyak penghangat untuk tubuh serta mengoleskan sedikit bedak kewajahnya.
"Ayo kita sarapan dulu dek, minum susunya, trus dimakan rotinya. Abang Raja juga," pinta Mamanya kepada kedua buah hatinya. "Sudah itu nanti abang sama adek baru pake baju seragamnya, biar gak kotor."
Meluangkan waktu sehari dari 365 hari untuk mengantar buah hati ke sekolah di hari pertama mereka masuk merupakan momen besar dalam hidup seorang anak. Dengan mengantar anak ke sekolah di hari pertamanya, hubungan orangtua dan anak bisa semakin erat.
Seperti euforia, situasi ini yang kemudian membuat Mama nya si Keriting terlihat begitu sibuk sejak ba'da subuh tadi, karena hari ini adalah hari pertama kedua putra-putrinya masuk sekolah. Abangnya si Keriting memulai hari pertamanya di Sekolah Dasar dan si Keriting memulai hati pertamanya di TK Nol Kecil.
Namun saat hendak membantu mengenakan pakaian seragamnya si Keriting, betapa terkejut Mamanya demi didapati ada noda hangus bekas setrika pada pakaian si Keriting.
"Looh, kok bisa ada hangus bekas setrika?" pikirnya. "Adek maen setrika tadi ya?" tanya Mamanya spontan kepada si Keriting.
Si Keriting mengangguk. Cuek, tanpa beban.
"Ya ampuun adeek, kok adek nekad gitu siiich, ini bajunya kan jadi rusak," lanjut Mamanya panik.
"Tadi Abang sudah gak bolehin Ma, tapi May masih aja maksa mau setrika," kata Abangnya menjelaskan.
Mamanya berpikir sejenak sambil melirik jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 6.40 WIB, masih tersisa waktu 20 menit lagi.
"Ayo adek dipake baju yang ini aja dulu," kata Mamanya mengambil pakaian lain. Ia berpikir ini adalah hari pertama masuk sekolah dan mungkin ada murid baru lainnya yang belum menggunakan seragam.
"Gak apa-apa, Mama gak marah, tapi lain kali adek gak boleh nekad seperti itu ya, kalo tangan adek yang kena setrika gimana, kan setrika itu panas, trus kalo adek kena listrik juga gimana, jangan lagi yaa sayang," ucap Mamanya sambil membantu si Keriting mengenakan baju lainnya. [Prie]
Mantap, semoga menjadi inspirasi kita semua
BalasHapusSyukron π
HapusSmg menjadi anak yg Sholeh dan Sholehah, pintar'dan kelak jd orang yg berguna bg negara dan bangsa
BalasHapusBarokallooh. Aamiin.. π€²
HapusKeren artikel nya pak,, smoga sukses terus dan di tinggu karya² berikutnya..
BalasHapusSyukron, terimakasih sdh singgah di blog dan membaca π
HapusPosting Komentar