Seorang wali santri mendatangi pesantren tempat putranya menuntut ilmu agama. Kedatangannya kali ini selain untuk menjenguk putranya, wali santri tersebut datang dengan membawa seekor domba yang cukup besar dan sehat sebagai hewan qurban pada Idul Adha nanti.
Setelah mengutarakan maksud dan niatnya kepada Kiai pengasuh pondok pesantren tersebut, kemudian wali santri berpamitan pulang.
Tak lama berselang sang Kiai memanggil sang Santri dan berkata, "Nak, domba pemberian Ayahmu ini akan dijadikan hewan qurban nanti yang diatas namakan dirimu."
"Karena waktu penyembelihan hewan qurbannya masih beberapa pekan lagi, tepatnya nanti pada ba'da shalat Idul Adha, maka sejak hari ini menjadi tambahan tugasmu untuk memelihara domba ini," ucap sang Kiai lagi.
Amanah itu kemudian dipatuhi oleh sang Santri. Ia kemudian setiap hari ngangon domba tersebut dihalaman belakang pesantren yang kebetulan tersedia tanah kosong dan banyak ditumbuhi rumput-rumputan segar. Kegiatan ngangon itu dilakukan oleh sang Santri disela aktifitas belajarnya.
Hingga pada suatu sore ketika sang Santri hendak mengambil dombanya untuk dimasukkan kedalam kandang darurat, sambil mengelus-elus dombanya Santri tersebut berkata pada sang Domba;
"Kamu nggak takut bakal disembelih?" tanya Santri yang akrab dipanggil Faisal pada domba qurban.
"Inilah saat yang kutunggu-tunggu wahai Faisal," jawab domba tersebut.
"Looh, kamu bukannya bersedih kok malah senang?" tanya Faisal keheranan.
"Lihatlah senyum seorang Syuhada yang gugur. Indah bukan?" sahut domba qurban itu.
"Ya, itu mereka. Tapi kalau kamu?" timpal Faisal.
"Aku tergantung keikhlasan dan taqwa mu," jawab domba qurban itu.
*****
Idul Adha adalah sebuah hari raya dalam agama Islam untuk memperingati peristiwa qurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim as bersedia mengorbankan putranya Ismail sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah SWT. Sebelum Nabi Ibrahim as mengorbankan putranya, Allah SWT menggantikan Ismail dengan domba (kibas).
Untuk memperingati kejadian ini, hewan ternak disembelih sebagai qurban setiap tahun. Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Zulhijah pada penanggalan kalender Hijriah. Pada hari Idul Adha, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan shalat Ied bersama-sama di tanah lapang, masjid, ataupun mushalla. Setelah shalat, biasanya penyembelihan hewan qurban mulai dilaksanakan.
Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah gelar Al Khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?”.
Allah berfirman, “Jangan menilai hambaKu Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya!”.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1.000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Sementara dalam Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner.
Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “Milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya, “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”
Hingga suatu hari, Nabi Ibrahim bermimpi diperintahkan untuk menyembelih anak yang ia sayanginya tersebut.
"Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" ucap Ibrahim kepada Ismail, sesuai surah As-Saffat ayat 102.
Dengan berserah diri kepada Allah, tanpa ragu Ismail mengemukakan jawabannya.
"Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar," balas Ismail.
Ibrahim dan Ismail pun melaksanakan perintah Allah tersebut. Sebelum penyembelihan, Ismail menyampaikan sejumlah permintaan kepada Ayahnya.
Pertama, Ismail meminta untuk diikat dengan tali agar tidak meronta. Kedua, meminta agar pisau diasah dengan tajam agar tidak kesakitan.
Kedua permintaan tersebut bertujuan agar Ibrahim tak bersedih hati saat menyembelihnya.
Ismail juga meminta agar pakaian yang dikenakannya saat itu diberikan kepada ibunda tercinta, Siti Hajar sebagai kenang-kenangan.
Ibrahim pun mulai menyembelih Ismail dengan membaringkan anaknya. Namun, pisau tajam itu tak mampu menyembelih Ismail yang berserah diri.
Allah lalu mengganti Ismail dengan seekor domba (kibas).
"'Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar," firman Allah dalam surah As-Saffat 104-107.
Ismail adalah darah daging Nabi Ibrahim as yang sangat amat disayangi. Bahkan kelahirannya, sudah diidam-idamkan sejak sangat lama. Dan pada saat sudah terlahir, sedikit besar, dalam kondisi sangat dicintai, tiba-tiba harus rela untuk dilepaskan.
Untuk meneladani kisah ini, umat Islam disunahkan untuk berqurban. Ibadah ini sekaligus melatih keikhlasan untuk memberikan sebagian harta yang dicintai kepada Allah. Untuk melatih kerelaan melepas sebagian hak milik kepada sebenar-benarnya Pemilik. [Prie]
*****
IKHLAS kalimat yang mudah diucapkan tapi sulit sekali di realisasikan, kebanyakan kita manusia "keikhlasan adalah unsur keterpaksaan"
BalasHapusdengan membaca tulisan ini semoga membuat kita kembali mengingat sejarah dan lebih belajar tentang Ikhlas.
Aamiin Yaa Mujibassailin π€²
HapusWawasan super mantap
BalasHapusSyukron π
HapusKlw kita sllu mensyukuri apa yg di beri Allah ke kita, insya Allah rasa keikhlasan akan terlahir dgn sendirinya..
BalasHapusAamiin Yaa Mujibassailin π€²
HapusWow . Aku sadar Bahwa Metode Dakwah (Menyampaikan Dan Mengajak Masyarakat Kpd Syaria'at) tidak mesti diMimbar² untuk Menyampaikan Nya. Dengan Tulisan seperti Inipun sangat Tersampaikan . Aku Mau menjadi Penulis seperti Antum , yang menyampaikan Ilmu nabi Muhammad Melalui Tulisan .
BalasHapusShollu ala nabi π
Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita. Aamiin π€²
HapusPosting Komentar