π‘ͺ𝙖𝒕𝙖𝒕𝙖𝒏 π‘·π™šπ’π™™π’†π™  π™ˆπ’†π™£π’‹π™–π’…π™ž π˜Ύπ’†π™§π’Šπ™©π’‚ π‘·π™–π’π™Ÿπ’‚π™£π’ˆ

π‘ͺ𝙖𝒕𝙖𝒕𝙖𝒏 π‘·π™šπ’π™™π’†π™  π™ˆπ’†π™£π’‹π™–π’…π™ž π˜Ύπ’†π™§π’Šπ™©π’‚ π‘·π™–π’π™Ÿπ’‚π™£π’ˆ


Ilustrasi: Catatan pendek menjadi cerita panjang

Sebuah pesan WhatsApp dari sebuah nomor tak dikenal menderingkan notifikasi android milikku. Aku hanya melirik kearah layar kaca monitor, lalu membiarkan sejenak sambil menyelesaikan sebuah sinopsis untuk cerita yang tengah aku buat.

Notifikasi itu kembali muncul, kali ini beruntun untuk tiga buah pesan. Sambil bersandar dan menghembuskan asap rokok, aku mulai membaca pesan itu.

Jangan ajari kami tentang bagaimana caranya bertahan. Kami pasti akan mampu, karena kami menjalaninya dengan segenap kasih dan sayang.

Kami, khususnya aku, meski tidak sepenuhnya rela, sengaja saling meninggalkannya demi untuk terlangsungnya sebuah kehidupan baru sesuai fithroh.

Tak ubahnya ketika Ibrahim as meninggalkan Siti Hajar dan Ismail as pada sebuah lembah tandus tanpa makanan dan air di Makkah, bukan telah hilangnya rasa cinta Ibrahim as terhadap keduanya, namun demi untuk mengikuti fithroh yang telah ditetapkanNya.

Dan kala itu, sesaat lagi adzan maghrib berkumandang, namun aku tidak sempat mendengarkan merdunya suara sang muadzin dari masjid itu, karena untuk kali terakhir ini aku sedikit lebih awal dari biasanya mengantarkannya pulang.

Sebenarnya aku ingin melakukan kebiasaan yang selama ini aku lakukan selepas mengantarnya pulang. Memasuki lorong rumahnya sambil memperhatikan anggunnya saat ia melangkah. Lalu memutar balik kendaraanku di halaman masjid itu, kemudian ketika melewati rumahnya saling melambaikan tangan. Ia didepan rumahnya, dan aku dari dalam kendaraanku.

Pukul 18.02 Wib aku mulai memacu kendaraanku menembus gelapnya malam, menempuh jarak tak kurang dari 300 kilometer menuju arah timur, sebuah kota tempatku tinggal, demi untuk membuat hatinya tenang, demi untuk membulatkan tekadnya agar cerita hidup yang sedang ia jalani kembali normal.

Rasa yang kami miliki bertemu pada waktu dan tempat yang salah. Kami tau, semua orang akan menyalahkan dan mencemooh kami, namun apakah mereka semua akan melakukan hal sebaliknya atau akan melakukan hal yang sama dengan kami?

Terima kasih telah menjadi cinta pertamaku. Terima kasih untuk selalu mendorongku, terima kasih untuk menjauhkanku dari masalah, terima kasih untuk waktu yang digunakan untuk merawatku ketika aku sakit dan depresi.

Untuk pria yang beruntung mendapatkanmu sebagai istri aku harap dia memperlakukanmu dengan baik, aku harap dia tahu siapa yang dia miliki di depannya.

Inti dari semua ini, kamu adalah alasan mengapa aku tahu bagaimana cara untuk mencintai seseorang. Kamu mengajarkan aku cinta, kamu mengajarkan bagaimana cara menghadapi kemarahan, bagaimana cara menghadapi depresiku, dan bagaimana menjalani hidup dengan maksimal dan aku berterima kasih kepadamu. Aku berharap kamu dapat cinta dan kebahagiaan.

Jaga diri baik-baik, terimakasih sudah mengizinkan aku untuk berhenti di stasiun hatimu. Kalau bukan karena pluit kereta sudah dibunyikan, aku masih ingin berada di stasiun hati mu untuk selamanya, sampai ajal menjemput, kata ku dalam hati sambil meninggalkan kotanya.

Tulis pesan WhatsApp itu, dengan notifikasi kirim, Selasa, 16 Mei 2023, disebutnya oleh: Anonim, diberinya judul: Catatan pendek menjadi cerita panjang.

***

8 Komentar

  1. Sehat2 pak haji. Sehat selalu. Amin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Yaa Mujibassailin. Terimakasih sudah singgah di Blog untuk membaca πŸ™

      Hapus
  2. Cerita tentang cinta dan kasih sayang membuat hati merasa bahagia dan semangat.....smg selalu sehat pak Haji

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Yaa Mujibassailin. Terimakasih sudah singgah di Blog untuk membaca πŸ™

      Hapus
  3. Ceritanya sllu jd penasaran deh...tp tetap terus semangat ya pak buat cerita² baru ..

    BalasHapus
  4. Ceritanya keren² pak...

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama